Kamis, 28 Juni 2018

Cerpen tentang cinta di peron kereta


Seseorang yang sudah lama merasuki pikiranku.  Seseorang yang sudah lama menjadi penghuni hatiku.  Aletha,  dialah gadis yang aku temukan di peron kereta.  Yang dibuatnya aku mencintainya.  Akankah aku menemukannya lagi?  Akankah aku dapat hidup bersamanya?
Akankah takdirku dapat membawaku kepadanya?

Semuanya ada dalam cerpen ini "dear Aletha"  sebuah kisah perjalanan mencari cinta dari seorang Adrian.

Selamat membaca,  semoga suka :) 

Dear Aletha


          Ketika Raja Siang mulai menghilang. Reriuh daun-daun mengiringi. Cuaca saat ini sedang tidak bersahabat. Adrian seorang jurnalis tengah bediri di sebuah platform kereta. Dengan beberapa kertas di tangannya, ia menunggu kedatangan kereta yang akan membawanya pulang. Ia melirik benda kecil yang melingkar di tangannya. Arloji nya itu menunjukan pukul 17:00 tepat.

            Ia melihat pada seorang wanita berparas cantik yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Wanita itu berhasil mencuri perhatian Adrian. Hingga ia lupa akan tujuannya. Busshhh… Sebuah kertas yang dipegangnya terbang terbawa angin kereta. Kini kertas itu berada tepat di wajah wanita itu. Adrian mengambil kertasnya kembali. Hahaha….Tawanya ketika melihat bekas bibir merah wanita itu ada pada kertasnya. Ia berhenti tertawa ketika wanita itu telah pergi dari hadapannya dengan kereta yang sudah lama ia tunggu.

            Adrian menatap kepergian wanita itu dari luar  kereta. Wanita itu membalas tatapan Adrian dan memberikan senyum manisnya. Kini kereta telah membawa wanita itu pergi. Adrian merasa sedih. Seraya ditinggal kekasih. Adrian berharap ia akan bertemu lagi dengan wanita itu. Entah mengapa wanita itu selalu ada dalam pikirannya.

            Ia tengah duduk diatas kursi kerjanya. Menatap sebuah kertas yang terdapat bekas bibir merah wanita cantik itu. Ia mengambil sebuah lem dari laci mejanya. Dan menempelkan kertas itu di dinding.

            Waktu menunjukan pukul 08:00 malam, ia merasa sangat lapar.dikeluarkannya sepeda dari parkiran rumahnya. Ia menuju supermarket yang tidak jauh dari rumahnya, memilih-milih makanan yang sekiranya cocok untuk ia santap malam ini.

            Matanya berhenti seketika. Tertuju pada seorang wanita yang berada di deretan minuman itu. Ia menyipitkan matanya agar terlihat lebih jelas. Ia melangkah dan mulai menghampiri wanita itu. Ya, wanita itu. Ia menghampiri wanita yang ia temui di stasiun. Wanita yang bekas bibir merahnya menempel di kertasnya.

“Hai.” Sapa Adrian memulai perbincangam

Wanita itu hanya tersenyum manis.

“kamu yang tadi saya temui di stasiun kan?” Tanya Adrian memastikan

Wanita itu hanya mengangguk seraya membenarkan.

“Emm.. Saya Adrian” Adrian memperkenalkan diri dan memberikan tangannya.

“Saya Aletha.” Jawab wanita itu

            Mereka berdua kini tengah saling melemparkan senyuman. Dan semuanya berhenti ketika ponsel Aletha Berdering.

“Saya duluan ya.” Pamit Aletha yang langsung pergi begitu saja.

            Untuk kedua kalinya Adrian menatap kepergian Aletha. Sehingga lupa untuk membayar makanannya. Ia pulang dengan hati gembira dan berharap esok akan bertemu dengan Aletha lagi.

****

            Hari ini hari minggu. Hari yang tepat untuk beristirahat bagi pekerja keras seperti Adrian. Pagi ini udara sangat sejuk. Ia berniat untuk berolahraga di taman komplek rumahnya.

            Adrian melihat-lihat sekelilingnya. Suasana taman pagi ini cukup ramai. Banyak orang yang sedang berolahraga, bermain, atau bahkan sedang makan. Matanya berhenti dan tertuju pada seorang wanita berbaju putih, berambut hitam tebal yang sedang duduk di bangku taman sambil membaca buku. Didekatinya wanita itu Dengan senyum manisnya, ia menyapanya.

“Aletha.” Sapa Adrian. Ya, wanita itu adalah Aletha. Seseorang yang sangat ia harapkan pertemuannya.

“Adrian.” Aletha menjawab dan ia lontarkan senyuman dari wajah cantiknya

“sendirian aja, boleh gabung?”

Aletha mengangguk menandakan bahwa ia mempersilahkan duduk.

 “Saya ganyangka bisa bertemu kamu lagi. Kamu baru ya disini? Soalnya saya baru liat kamu.” Adrian memulai pembicaraan

“Iya, saya baru pindah dari Bandung 2 hari yang lalu.” Jawab Aletha.

            Hampir 10  menit mereka berbincang. Akhirnya Adrian memutuskan untuk mengajak Aletha makan.

“Kamu mau temenin saya makan bubur gak?”Tanya Adrian memastikan.

“boleh, kebetulan saya lapar.” Jawab Aletha setuju.

            Kini mereka tengah makan di warung  bubur pak Budi. Adrian tidak menyangka akan sedekat ini dengan Aletha wanita pandangan pertamanya di stasiun kereta.

“Karna kamu sudah nemenin saya makan. Boleh kan saya antar kamu pulang?”

“iya boleh.” Jawab Aletha

            Adrian dan Aletha jalan beriringan. Keduanya terlihat sangat cocok. Sepanjang perjalanan mereka berbincang-bincang. Hingga ternyata mereka sudah sampai dirumah Aletha.

“Mau mampir dulu?” ajak Aletha

“Lain kali aja. Saya mau langsung pulang.” Jawab Adrian

“Saya masuk duluan ya.” Pamit Aletha dengan melambaikan tangan dan melemparkan senyumannya.

“Eh, bo..bo..boleh miinta nomer telpon kamu?” Adrian merasa gugup saat menanyakan hal itu.

Aletha mengangguk, jari mungilnya mulai menari-nari diatas layar ponsel Adrian. Mengetikan nomer telponnya.

            Adrian pulang dengan perasaan sangat bahagia. Bahkan lebih bahagianya dari kemarin. Ia mengambil handuknya dan bergegas menuju toilet. Badannya kini sudah terlalu banyak keringat sehingga ia harus segera mandi.

            Hari demi hari berlalu. Aletha dan Adrian semakin dekat. Seperti sepasang kekasih yang baru jadian. Mereka sering terlihat jalan bersama dan menghabiskan waktu bersama. Tak jarang Adrian mengantar Aletha pulang bekerja atau bahkan menjemputnya.

            Sampai pada suatu ketika, Adrian mendapat kabar  bahwa Aletha akan pindah ke Makasar esok pagi. Ia merasa terpukul dan juga sangat sedih. Ia mengambil kertas yang ia tempelkan di dinding ruang kerjanya. Kertas yang menjadi kenangan antara dia dengan Aletha. Ia mulai menulisakan kata demi kata yang dapat menggambarkan perasaannya kepada Aletha diatas kertas bercap merah itu.

****

            Pagi ini Adrian bangun lebih awal. Ia harus mengantar Aletha dan keluarganya ke bandara. Ia bergegas mengeluarkan mobilnya dari parkiran dan segera berangkat menuju rumah Aletha.

            Adrian sampai tepat pada waktunya. Ia bersalaman dengan kedua orang tua Aletha dan berbincang sedikit sampai ia mulai membantu orang tua Aletha menaruh koper di bagasi mobilnya. Aletha yang berdiri dibelakangnya merasa sedih jika harus pergi meninggalkan Adrian secepat ini. Adrian selesai membantu menaruh koper. Ia langsung mendekati Aletha dan mengajaknya bicara.

“Let, saya boleh bicara?”

            Aletha mengangguk. Adrianpun membawa Aletha sedikit lebih jauh dari orang tua Aletha agar mereka dapat berbicara dengan tenang. Adrian mengeluarkan selembar surat yang sudah ia persiapkan dari rumah.

“ini untuk kamu let.” Ia memberika surat di tangannya.

“ini apa?” Tanya Aletha

“itu surat dari saya. Bacanya di pesawat aja ya.” Perintah Adrian kepada Aletha.

            Mobil Adrian melaju kencang, ia sesekali melihat kearah Aletha yang sedang asik membaca bukunya. Tanpa sadar ia telah sampai di tujuannya. Yang menandakan ia akan segera berpisah dengan Aletha.

            Waktu keberangkatan Aletha dan keluarganya telah tiba. Orang tua Aletha mulai berpamitan dengan Adrian dan berterimakasih atas bantuannya. Tapi tidak dengan Aletha. Aletha pergi tanpa bicara satu katapun. Ia tidak bisa menahan Air matanya. Ia tidak ingin Adrian tau jika ia menangis. Tetapi, Aletha tidak dapat menahan hatinya untuk tidak melihat Adrian. Aletha menengok kebelakang dan melihat Adrian yang juga sedang bersedih menatapnya. Aletha melambaikan tangannya dan memberikan sedikit senyuman manisnya untuk Adrian meskipun dengan air mata. Udara dikala itu sangat dingin. Bahkan sampai menusuk-nusuk tubuh Adrian. Ia masih terus memperhatikan kepergian Aletha hingga Aletha pergi menghilang.

            Di pesawat Aletha membereskan bangkunya agar ia merasa nyaman hingga sampai di tujuannya. Ia mulai membaca surat pemberian Adrian dan ia mulai membacanya.



Dear Aletha



Ada kisah yang ingin aku sampaikan kepadamu

Sebuah kisah tentang bagaimana hati ini tersenyum melihatmu

Aku mungkin bukan senja

Atau bahkan sang surya

Tapi aku ingin menjadi kenangan yang takan pernah terlupa

Mungkin saja kamu bingung

Bagaimana bisa aku jatuh cinta secepat ini padamu?

Atau mungkin kamu canggung

Ketika aku mulai bertanya banyak hal kepadamu

Entah mengapa pena ini tak henti menari-nari

Ia terus menuliskan kata demi kata tentangmu

Seperti hal nya dirimu yang terus menari dalam pikiranku

Hingga kini kau pergi jauh dariku

Aletha  jaga dirimu

Hingga nanti kita bisa bertemu

Membangun kembali semua yang terpisah oleh jarak dan waktu

Aku Merindukanmu slalu.





Adrian



TAMAT

Sabtu, 17 Maret 2018

Puisi bertema Cinta berjudul "Cinta Dalam Diam"


Cinta Dalam Diam

Karya Evi Tri Wahyuni



Ketika Raja siang mulai terbangun dari tidur lelapnya

Menyapa dunia dengan senyum manisnya

Hingga sang senja datang dengan indahnya

Menggantikan sosok mentari yang tenggelam begitu saja

Aku mungkin bukan sang surya yang bisa menemani siangmu

Akupun bukan gemerlap bintang yang menghias malam indahmu

Namun, akulah sosok manusia kaku nan bisu

Yang berusaha menjadi sempurna dihadapanmu

Hai bintang, bisakah kau jelaskan padaku

Tentang sebuah rasa pilu yang datang tak menentu

Hai bulan, bisakah kau terangkan padaku

Bagaimana bisa wajahnya bersinar indah seperti dirimu

Ketika rasa itu mulai datang tak diundang

Entah kapan hati ini mulai diterjang

Dengan beribu pertanyaan yang menghadang

Membuat seribu tanda tanya itu datang

Jika Khadijah mampu mengungkapkan cintanya

Namun aku hanyalah wanita yang mampu memendamnya

Melihatnya dari yang jauh jaraknya

Berdoa untuk kebaikan dirinya

Kuharap ini bukanlah cinta karna nafsu

Yang menjadikan diri tak kenal waktu

Hati yang begitu semu

Dan mata yang tertutup kelabu

Wahai sang pencipta alam semesta

Izinkan aku melihat dia bahagia

Sebelum akhirnya nanti tiba

Aku kembali pada yang Esa























Puisi Islami "Rasulullah"


Rasulullah

(Karya Halimah Alaydrus)



Katakanlah adakah seseorang yang lebih hebat darinya?

Yang Allah Tuhannya membagi padanya rahmat untuk dia bagikan pada semesta

Yang jutaan malaikat kepadanya tak henti bersholawat

Matahari karena doanya tenggelam terlambat, bulan terbelah dan pepohonan sujud kepadanya



Katakanlah adakah yang lebih indah darinya?

Alif hidungnya, nun alisnya, dan mim bibirnya

Jika Yusuf mendapat separuh ketampanan

Maka dia telah diberi ketampanan sempurna



Katakanlah adakah yang lebih indah darinya?

Ditangannya ada berkah, dihatinya ada cinta

Dimatanya ada telaga

Didalamnya kita bisa berenang dengan sejuk kasihnya



Katakanlah siapa yang lebih baik darinya?

Kasihnya dirasa hingga bahkan oleh sikafir yang durhakaa

Dermawannya tak pernah takut kefakiran mendera

Senyuman dari bibirnya tak pernah sirna



Katakanlah adakah selainnya yang sempurna?

Dia mengingat Allah dsietiap waktunya

Memberi syafaat hinggga selamat umatnya dari siksa neraka

Berkorban bahkan dengan darah dan air mata



Wahaiii….

Yang kami inginkan darimu

Adalah bisa bersama denganmu

Yaa Rasulullah..

Puisi islami "Muslimah Pejuang Hijrah"


Muslimah Pejuang Hijrah

Karya Evi Tri Wahyuni



Hari demi hari kulalui

Detik demi detik kulewati

Bersama mereka sang pejuang Jannah

Bersama mereka sang pejuang hijrah

Kulangkahkan kakiku menuju rumahNya

Kuhadapkan hatiku kearah kiblatNya

Kuserahkan hidup dan matiku kepadaNya

Berharap tuk dapat RidhoNya

Dan berharap tuk dapat AkhiratNya

Kami takut jikalau istiqamah itu pergi

Kami takut jikalau ridhoNya tak sampai

Wahai sang pemilik alam semesta

Wahai sang panutan paling mulia

Kokohkanlah hati ini diatas agamaMu

Tunjukanlah jalan kebenaranMu

Tatkala iman kami sedang goyang

Tatkala setan itu sedang menyerang

Terimakasih ku ucapkan

Tlah datang dan beri ingatan


Jumat, 07 Oktober 2016

Puisi dengan tema Seni Dan Budi Pekerti




Karyaku Untuk Ibu

karya Evi Tri Wahyuni

Melihatmu anugerah bagiku

senyum manismu surga untukku

mata indahmu kebahagiaanku

hari-harimu selalu untukku
Detik demi detik berlalu

Hari demi hari berganti

Tak pernah kau berhenti bernyanyi

Dengan nada indah mengiringi

Wahai ibu..

Aku ingin sepertimu

aku ingin bernyanyi untukmu

melantunkan naa dihadapanmu  

Kau beriku banyak hal

Tapi, apa yang ku beri untukmu?

Apa yang ku hasilkan untukmu?

untuk memberikan senyum indahmu

Duniaku hampa tanpamu

Duniaku tak berarti tanpa lagumu

Duniaku tak berarti tanpa nafasmu

bagai hidup dalam bola hampa tanpa ruang

Akan ku tuliskan sebuah lagu untukmu

Akan kulantunkan sebuah nada untukmu

Pelangi indah datang menatapku

Tanah berkata mendukungku slalu

Diatas bangku ini

Dibawah lentera dalam gelapnya malam

Kau bantu mencari diriku

diriku yang sepertimu



Rabu, 18 November 2015

Puisi untuk hari guru 25 November 2015

Hallo guys ini puisi yang insyaallah akan saya bawakan pada saat hari guru 25 november nanti. ini bukanlah puisi asli buatan saya tetapi saya hanya menggabungkan puisi dari beberapa pembuat dan tentunya ada puisi saya juga dan saya mengurutkannya sendiri. saya hanya berharap teman-teman dan para guru mau mendengarkan puisi saya  dengan seksama. jika sudah baca beri like and coment yah dan jika ada kekurangan tolong beritahu saya.. :)



Guruku Pahlawanku

Jika dunia kami yang dulu kosong
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
tapi kini dunia kami penuh warna
dengan goresan garis-garis dan kata

Yang dulu hanya jadi mimpi
kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
yang dulu hanya jadi harapan
kini mulai terlihat bukan lagi harapan

Itu karena IA
ialah guruku
ialah pembimbingku
ialah pengajarku
ialah pendidikku
Karenanya aku tahu bahwa senja berwarna jingga
karenanya aku tahu bahwa langit bersemburan biru

Ia melatihku menulis meski aku terus menangis
ia membantuku bicara meski lidah tak mau bicara
bimbingannya ada disetiap detik dalam detakku
bimbingannya ada disetiap detik dalam nafasku

Setiap peluh yang tercurah
setiap tetes air mata
setiap kata yang terucap
Aku tahu semuanya hanya untuk kebaikanku

Jasamu
keringatmu
suaramu
kasih dan sayangmu tidak akan kami lupakan

Salam Istimewa untukmu
Guruku Pahlawanku