Seseorang yang sudah lama merasuki pikiranku. Seseorang yang sudah lama menjadi penghuni hatiku. Aletha, dialah gadis yang aku temukan di peron kereta. Yang dibuatnya aku mencintainya. Akankah aku menemukannya lagi? Akankah aku dapat hidup bersamanya?
Akankah takdirku dapat membawaku kepadanya?
Semuanya ada dalam cerpen ini "dear Aletha" sebuah kisah perjalanan mencari cinta dari seorang Adrian.
Selamat membaca, semoga suka :)
Dear Aletha
Ketika Raja
Siang mulai menghilang. Reriuh daun-daun mengiringi. Cuaca saat ini sedang
tidak bersahabat. Adrian seorang jurnalis tengah bediri di sebuah platform
kereta. Dengan beberapa kertas di tangannya, ia menunggu kedatangan kereta yang
akan membawanya pulang. Ia melirik benda kecil yang melingkar di tangannya.
Arloji nya itu menunjukan pukul 17:00 tepat.
Ia melihat pada seorang wanita
berparas cantik yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Wanita itu berhasil
mencuri perhatian Adrian. Hingga ia lupa akan tujuannya. Busshhh… Sebuah kertas yang dipegangnya terbang terbawa angin
kereta. Kini kertas itu berada tepat di wajah wanita itu. Adrian mengambil
kertasnya kembali. Hahaha….Tawanya
ketika melihat bekas bibir merah wanita itu ada pada kertasnya. Ia berhenti
tertawa ketika wanita itu telah pergi dari hadapannya dengan kereta yang sudah
lama ia tunggu.
Adrian menatap kepergian wanita itu
dari luar kereta. Wanita itu membalas
tatapan Adrian dan memberikan senyum manisnya. Kini kereta telah membawa wanita
itu pergi. Adrian merasa sedih. Seraya ditinggal kekasih. Adrian berharap ia
akan bertemu lagi dengan wanita itu. Entah mengapa wanita itu selalu ada dalam
pikirannya.
Ia tengah duduk diatas kursi kerjanya.
Menatap sebuah kertas yang terdapat bekas bibir merah wanita cantik itu. Ia
mengambil sebuah lem dari laci mejanya. Dan menempelkan kertas itu di dinding.
Waktu menunjukan pukul 08:00 malam,
ia merasa sangat lapar.dikeluarkannya sepeda dari parkiran rumahnya. Ia menuju
supermarket yang tidak jauh dari rumahnya, memilih-milih makanan yang sekiranya
cocok untuk ia santap malam ini.
Matanya berhenti seketika. Tertuju
pada seorang wanita yang berada di deretan minuman itu. Ia menyipitkan matanya
agar terlihat lebih jelas. Ia melangkah dan mulai menghampiri wanita itu. Ya,
wanita itu. Ia menghampiri wanita yang ia temui di stasiun. Wanita yang bekas
bibir merahnya menempel di kertasnya.
“Hai.” Sapa
Adrian memulai perbincangam
Wanita itu hanya
tersenyum manis.
“kamu yang tadi
saya temui di stasiun kan?” Tanya Adrian memastikan
Wanita itu hanya
mengangguk seraya membenarkan.
“Emm.. Saya
Adrian” Adrian memperkenalkan diri dan memberikan tangannya.
“Saya Aletha.”
Jawab wanita itu
Mereka berdua kini tengah saling
melemparkan senyuman. Dan semuanya berhenti ketika ponsel Aletha Berdering.
“Saya duluan
ya.” Pamit Aletha yang langsung pergi begitu saja.
Untuk kedua kalinya Adrian menatap
kepergian Aletha. Sehingga lupa untuk membayar makanannya. Ia pulang dengan hati
gembira dan berharap esok akan bertemu dengan Aletha lagi.
****
Hari ini hari minggu. Hari yang
tepat untuk beristirahat bagi pekerja keras seperti Adrian. Pagi ini udara
sangat sejuk. Ia berniat untuk berolahraga di taman komplek rumahnya.
Adrian melihat-lihat sekelilingnya.
Suasana taman pagi ini cukup ramai. Banyak orang yang sedang berolahraga,
bermain, atau bahkan sedang makan. Matanya berhenti dan tertuju pada seorang
wanita berbaju putih, berambut hitam tebal yang sedang duduk di bangku taman sambil
membaca buku. Didekatinya wanita itu Dengan senyum manisnya, ia menyapanya.
“Aletha.”
Sapa Adrian. Ya, wanita itu adalah Aletha. Seseorang yang sangat ia harapkan
pertemuannya.
“Adrian.”
Aletha menjawab dan ia lontarkan senyuman dari wajah cantiknya
“sendirian
aja, boleh gabung?”
Aletha
mengangguk menandakan bahwa ia mempersilahkan duduk.
“Saya ganyangka bisa bertemu kamu lagi. Kamu
baru ya disini? Soalnya saya baru liat kamu.” Adrian memulai pembicaraan
“Iya,
saya baru pindah dari Bandung 2 hari yang lalu.” Jawab Aletha.
Hampir 10 menit mereka berbincang. Akhirnya Adrian
memutuskan untuk mengajak Aletha makan.
“Kamu
mau temenin saya makan bubur gak?”Tanya Adrian memastikan.
“boleh,
kebetulan saya lapar.” Jawab Aletha setuju.
Kini mereka tengah makan di
warung bubur pak Budi. Adrian tidak
menyangka akan sedekat ini dengan Aletha wanita pandangan pertamanya di stasiun
kereta.
“Karna
kamu sudah nemenin saya makan. Boleh kan saya antar kamu pulang?”
“iya
boleh.” Jawab Aletha
Adrian dan Aletha jalan beriringan.
Keduanya terlihat sangat cocok. Sepanjang perjalanan mereka berbincang-bincang.
Hingga ternyata mereka sudah sampai dirumah Aletha.
“Mau
mampir dulu?” ajak Aletha
“Lain
kali aja. Saya mau langsung pulang.” Jawab Adrian
“Saya
masuk duluan ya.” Pamit Aletha dengan melambaikan tangan dan melemparkan
senyumannya.
“Eh,
bo..bo..boleh miinta nomer telpon kamu?” Adrian merasa gugup saat menanyakan
hal itu.
Aletha
mengangguk, jari mungilnya mulai menari-nari diatas layar ponsel Adrian.
Mengetikan nomer telponnya.
Adrian pulang dengan perasaan sangat
bahagia. Bahkan lebih bahagianya dari kemarin. Ia mengambil handuknya dan
bergegas menuju toilet. Badannya kini sudah terlalu banyak keringat sehingga ia
harus segera mandi.
Hari demi hari berlalu. Aletha dan
Adrian semakin dekat. Seperti sepasang kekasih yang baru jadian. Mereka sering
terlihat jalan bersama dan menghabiskan waktu bersama. Tak jarang Adrian
mengantar Aletha pulang bekerja atau bahkan menjemputnya.
Sampai pada suatu ketika, Adrian
mendapat kabar bahwa Aletha akan pindah
ke Makasar esok pagi. Ia merasa terpukul dan juga sangat sedih. Ia mengambil
kertas yang ia tempelkan di dinding ruang kerjanya. Kertas yang menjadi
kenangan antara dia dengan Aletha. Ia mulai menulisakan kata demi kata yang
dapat menggambarkan perasaannya kepada Aletha diatas kertas bercap merah itu.
****
Pagi ini Adrian bangun lebih awal.
Ia harus mengantar Aletha dan keluarganya ke bandara. Ia bergegas mengeluarkan mobilnya
dari parkiran dan segera berangkat menuju rumah Aletha.
Adrian sampai tepat pada waktunya.
Ia bersalaman dengan kedua orang tua Aletha dan berbincang sedikit sampai ia
mulai membantu orang tua Aletha menaruh koper di bagasi mobilnya. Aletha yang
berdiri dibelakangnya merasa sedih jika harus pergi meninggalkan Adrian secepat
ini. Adrian selesai membantu menaruh koper. Ia langsung mendekati Aletha dan
mengajaknya bicara.
“Let,
saya boleh bicara?”
Aletha mengangguk. Adrianpun membawa
Aletha sedikit lebih jauh dari orang tua Aletha agar mereka dapat berbicara
dengan tenang. Adrian mengeluarkan selembar surat yang sudah ia persiapkan dari
rumah.
“ini
untuk kamu let.” Ia memberika surat di tangannya.
“ini
apa?” Tanya Aletha
“itu
surat dari saya. Bacanya di pesawat aja ya.” Perintah Adrian kepada Aletha.
Mobil Adrian melaju kencang, ia
sesekali melihat kearah Aletha yang sedang asik membaca bukunya. Tanpa sadar ia
telah sampai di tujuannya. Yang menandakan ia akan segera berpisah dengan
Aletha.
Waktu keberangkatan Aletha dan
keluarganya telah tiba. Orang tua Aletha mulai berpamitan dengan Adrian dan
berterimakasih atas bantuannya. Tapi tidak dengan Aletha. Aletha pergi tanpa
bicara satu katapun. Ia tidak bisa menahan Air matanya. Ia tidak ingin Adrian
tau jika ia menangis. Tetapi, Aletha tidak dapat menahan hatinya untuk tidak
melihat Adrian. Aletha menengok kebelakang dan melihat Adrian yang juga sedang
bersedih menatapnya. Aletha melambaikan tangannya dan memberikan sedikit
senyuman manisnya untuk Adrian meskipun dengan air mata. Udara dikala itu
sangat dingin. Bahkan sampai menusuk-nusuk tubuh Adrian. Ia masih terus
memperhatikan kepergian Aletha hingga Aletha pergi menghilang.
Di pesawat Aletha membereskan
bangkunya agar ia merasa nyaman hingga sampai di tujuannya. Ia mulai membaca
surat pemberian Adrian dan ia mulai membacanya.
Dear Aletha
Ada kisah yang ingin aku
sampaikan kepadamu
Sebuah kisah tentang bagaimana
hati ini tersenyum melihatmu
Aku mungkin bukan senja
Atau bahkan sang surya
Tapi aku ingin menjadi kenangan
yang takan pernah terlupa
Mungkin saja kamu bingung
Bagaimana bisa aku jatuh cinta
secepat ini padamu?
Atau mungkin kamu canggung
Ketika aku mulai bertanya banyak
hal kepadamu
Entah mengapa pena ini tak henti
menari-nari
Ia terus menuliskan kata demi kata
tentangmu
Seperti hal nya dirimu yang terus
menari dalam pikiranku
Hingga kini kau pergi jauh dariku
Aletha jaga dirimu
Hingga nanti kita bisa bertemu
Membangun kembali semua yang
terpisah oleh jarak dan waktu
Aku Merindukanmu slalu.
Adrian
TAMAT